Wednesday, August 9

Cara Kerja Tuhan

Pada suatu hari, Tuhan memanggil dua malaikat, yang satu senior dan yang satu junior untuk diutus ke Bumi. Sebelum diutus ke Bumi, Tuhan berpesan kepada malaikat yang junior untuk tidak banyak bertanya. Boleh bertanya bila benar-benar penting. Tugas yang junior hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh seniornya.

Maka turunlah mereka ke Bumi dengan menyamar sebagai hamba Tuhan. Pada suatu ketika, sampailah mereka pada sebuah rumah tua yang sangat mewah, yang baru dibeli oleh seorang kaya. Orang kaya ini sangat pelit. Maka diketuklah pintu rumah orang kaya itu. Orang kaya membuka pintu rumah dengan tidak ramah dan terjadilah pembicaraan sebagai berikut:

Orang kaya: Ada apa? Kenapa malam-malam begini berkunjung ? (dengan nada yang tidak senang)

Malaikat senior: Saya seorang hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, tapi karena sudah malam, saya ingin menumpang tinggal di rumah bapak, dan besok kami akan berangkat lagi untuk meneruskan perjalanan kami.

Orang kaya: Waduh, saya tidak punya kamar buat kalian, bagaimana kalau tinggal di lantai dasar rumah saya? Kalian tidak ada makan malam ya, dan besok pagi-pagi benar harus sudah keluar dari rumah saya (dengan nada yang tinggi).

Malaikat senior: Oh tidak apa-apa, asal kami ada istirahat saja. Terima kasih atas bantuannya.

Malaikat junior sangat kesal atas perlakuan orang kaya itu, ia ingin menghukum orang kaya tersebut, tapi dia ingat akan pesan Tuhan untuk tidak melakukan apa-apa.

Maka sampailah mereka di basement yang sangat lembab dan penuh kotoran, lalu beristirahatlah mereka, ketika mau tidur malaikat senior melihat ada sesuatu yang bolong pada tembok dan segera dia menutup tembok yang bolong itu dengan rapi lalu tidur. Dalam hati malaikat junior bilang, “Wah hebat senior saya, dia membalas kejahatan dengan kebaikan, saya telah belajar sesuatu dari dia. Pantas dia menjadi senior saya.”

Keesokan harinya pergilah mereka dari rumah orang kaya tersebut dan meneruskan perjalanan mereka. Ketika hari mendekati malam, tibalah mereka pada rumah gubuk milik keluarga yang miskin dan minta izin untuk tinggal di gubuk tersebut. Terjadilah percakapan sebagai berikut:

Malaikat senior: Bapak, saya hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, hari hampir malam, bolehkah saya tinggal di rumah bapak?

Bapak tua: Oh boleh, silakan tinggal di sini. Bapak-bapak sekarang mandi dulu dan setelah mandi kami akan siapkan makan buat bapak.

Maka mandilah kedua malaikat itu, setelah mandi mereka makan dengan makanan yang telah disediakan.

Bapak tua: Di rumah kami hanya ada satu kamar, tapi biarlah bapak-bapak tidur di kamar kami dan kami akan tidur di dapur.

Malaikat senior lansung masuk ke kamar dan istirahat. Dalam hati malaikat junior merasa tidak adil atas perlakuan malaikat senior, seharusnya yang tidur di dapur adalah mereka bukan pemilik rumah. Tapi ia pendam hal itu dalam hatinya. Pagi-pagi terdengarlah kabar yang menggemparkan di rumah bapak tua ini, karena domba satu-satunya milik mereka mati. Malaikat senior tetap tenang dan hanya berkata:

Malaikat senior: Bapak, saya turut prihatin atas kejadian ini, namun saya akan pergi untuk melanjutkan perjalanan kami. Lalu pergi meninggalkan rumah tersebut.

Malaikat junior merasa kesal dengan sang senior, dia berpikir kenapa malaikat senior begitu baik pada orang kaya yang pelit dengan menambal tembok yang bolong, sedangkan dengan orang tua ini tidak melakukan apa-apa. Seharusnya malaikat senior menghalangi kematian domba itu, sehingga domba itu tidak mati, karena mereka sudah melakukan kebaikan. Malaikat junior tidak tahan dengan kekesalannya, maka bertanyalah ia kepada malaikat senior.

Malaikat junior: Senior, kenapa kamu pilih-pilih kasih menolong orang? Orang kaya yang pelit kamu tolong dengan menambal tembok yang bolong, sedangkan orang tua yang baik hati kau biarkan domba satu-satunya mati?

Malaikat senior dengan tenang menjawab kepada malaikat junior: “Apa yang kamu lihat itu baru sebagian, belum keseluruhan dari kejadiannya”. Malaikat junior bingung, dan minta penjelasan pada malaikat senior.

Malaikat senior: Kamu tahu, ketika kita tinggal di tempat orang kaya yang pelit itu, kita melihat tembok yang bolong. Tahukah kamu apa yang ada di dalam tembok bolong itu? Di dalam tembok bolong itu terdapat harta karun yang sangat besar banyaknya. Karena dia orang yang pelit maka saya tutup tembok tersebut supaya dia tidak tahu ada harta karun di situ.

Malaikat junior manggut-manggut baru mengerti, lalu dia bertanya, “Bagaimana dengan orang tua yang baik hati itu?”

Malaikat senior: Kamu tahu, waktu kita tinggal pada tempat orang tua yang baik hati itu, dia memberikan kamarnya untuk kita tidur, ketika kita tidur malaikat maut datang untuk mangambil nyawa istri bapak tua itu. Beginilah ceritanya:

Malaikat maut: Loh, kok kamu yang tidur di sini, seharusnya seorang ibu kan?

Malaikat senior: Oh, ibu itu memberikan kamarnya buat kami untuk istirahat, dia tidur di dapur.

Malaikat maut: Waduh bagaimana ini, saya harus mencabut nyawa orang yang tidur di kamar ini, kamu enggak mungkin saya cabut, kita kan sahabat.

Malaikat senior: Yah bilang saja kalau saya yang tidur di sini.

Malaikat maut: Wah tidak bisa, saya tetap harus mencabut nyawa.

Malaikat senior: Bagaimana kalau kamu cabut nyawa dombanya?

Malaikat maut: Ya deh, dombanya saja.

Maka matilah domba itu, sebagai ganti nyawa istri bapak tua yang baik hati. Ternyata apa yang sering kita lihat itu tidak sempurna, kadang-kadang kita curiga pada Tuhan kenapa tidak memberikan yang baik pada kita, sesungguhnya yang terbaik dia sediakan bagi kita. Pandangan kita terbatas, namun pandangan Tuhan tidak terbatas.

posted by Yuyu  @  2:35:00 AM  | 

1 comments:

Post a Comment

<< Home